Senin, 15 November 2021

 Extinction dalam Modifikasi perilaku

Oleh : Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog

Ilustrasi I :

Setiap Senin, Rabu, dan Jumat, Rae menghadiri kelas modifikasi perilakunya pada pukul 8 pagi.  Namun, setiapk harinya, tepat sebelum kelas  dimulai  dia berhenti di mesin kopi, memasukkan satu dolar ke dalam mesin, menekan tombol, dan mengambil kopinya. Suatu hari, dia

berjalan ke mesin, memasukkan uangnya, dan menekan tombolnya, tetapi tidak ada yang terjadi, kopi nya tidak muncul. Dia menekan tombol lagi, dan tidak ada yang terjadi. Dia menekan tombol lebih keras dan lebih keras dankemudian membanting tombol beberapa kali, tetapi kopi yang seharusnya muncul tetap tidak muncul. Akhirnya, dia menyerah dan berjalan ke kelas tanpa kopinya. Selama beberapa waktu, ia tidak membeli kopi dari mesin tersebut. Kemudian suatu saat, dia mencoba mesin kopi tersebut, namun hal yang sama terjadi kembali (kopinya tidak muncul) . Sejak saat itu, dia tidak pernah mencoba membeli kopi melalui mesin itu dan  sebagai gantinya, dia membeli kopi di toko lain, yang ia temuai saat perjalanannya kesekolah.

 

Ilustrasi II:

Setiap malam ketika Greg pulang kerja, dia masuk ke gedung apartemennya melalui pintu darurat di belakang karena pintu itu dekat dengan apartemennya dan dia tidak harus berjalan jauh-jauh ke pintu depan. Manajer apartemen, dimana apafrtemennya berada, tidak ingin orang menggunakan pintu ini kecuali dalam keadaan darurat, jadi dia memasang kunci baru di pintu. Hari itu, ketika Greg pulang kerja, dia memutar kenop pintu darura, tetapi pintu tidak terbuka. Dia memutar kenop lagi, tetapi tidak ada yang terjadi. Dia mulai berputar kenop lebih keras dan menarik pintu lebih keras, tetapi tetap tidak terjadi apa-apa. Pada akhirnya dia berhenti dan berjalan ke pintu depan. Greg mencoba masuk melalui pintu itu lagi beberapa hari kemudian ketika dia pulang kerja, tapi tetap saja tidak bisa dibuka. Akhirnya, dia berhenti mencoba masuk melalui pintu darurat.

 

Ilustrasi III

Setiap malam, Amanda yang berusia 4 tahun menangis sebelum tidur selama 10-15 menit, kemudian orang tuanya datang ke kamarnya, menenangkannya dan berbicara pada amanda hingga  Amanda tertidur. Dengan melakukan itu, orang tuanya secara tidak sengaja (tanpa disadari) memperkuat tangisannya (perilaku menangis sering muncul di malam malam berikutnya). Setelah berbicara dengan dokter anak, orang tuanya memutuskan untuk tidak pergi ke kamarnya atau berbicara dengannya ketika dia menangis sebelum tidur. Malam pertama orangtuanya menerapkan perilaku ini, amanda  menangis hingga 25 menit lamanya, perilaku ini terjadi hingga pada akhir minggu, dan  Amanda berhenti menangis ama sekali.

 

contoh diatas mengikustrasikan bagaimana extinction bekerja.

 Definisi extinction dapat diuraikan melalui proses sebagai berikut :

1. Sebuah perilaku yang sebelumnya telah diperkuat

2. tidak lagi menghasilkan konsekuensi yang menguatkan

3. dan, oleh karena itu, perilaku tersebut berhenti terjadi di masa yang akan datanng/tidak terulang lagi.

 

Extintion Burst

Salah satu ciri dari proses extinction adalah bahwa untuk sekali waktu perilaku yang tidak lagi diperkuat akan terjadi dengan peningkatan frekwensi, intensitas dan durasi, hingga akhirnya perilaku tersebut berhenti (Lerman & Iwata, 1995).

 Dalam contoh pertama, ketika Rae tidak mendapatkan kopinya, dia menekan tombol di mesin kopi berulang kali (meningkatkan frekuensi), dan kemudian mendorongnya lebih keras dan lebih keras (meningkatkan intensitas) sebelum akhirnya menyerah. Ketika Greg menemukan pintu belakang ke gedung apartemennya tidak mau terbuka, dia memutar pegangan dan menarik kenop pintu beberapa kali(meningkatkan frekuensi), dan dia menarik kenop pintu lebih keras (meningkatkan intensitas)sebelum akhirnya menyerah. Peningkatan frekuensi, durasi, atau intensitas perilaku paksa yang tidak terkendali selama proses extintion  disebut ledakan extinction.

  Extinction burst merupakan fenomena penting untuk mengurangi masalah perilaku. Extinction burst telah diteliti oleh sejumlah peneliti. Misalnya, Lerman dan Iwata (1995) mereview penelitian terdahulu mengenai penggunaan extinction. Dia menemukan jika. extinction burst terbukti dalam 24% studi. Mereka mengidentifikasikan extinction burst meningkat diawal tehnik extinction diterapkan. Lerman, Iwata, dan Wallace (1999) meneliti penggunaan tehnik ini dalam 41 kasus perilaku melukai diri sendiri selama 9 tahun pada program treatment mereka. Mereka menemukan jika  extinction burst meningkat diawal perilaku  pada 39% kasus dan terjadinya peningkatan perilaku agresif pada 22% kasus.

  

Menariknya, extinction burst lebih mungkin terjadi pada perilaku yang sebelumnya mendapatkan penguat negatif dari pada perilaku yang mendapatkan penguat positif. extinction burst lebih mungkin terjadi ketika tehnik extinction digunakan sendiri, tanpa dikombinasikan dengan tehnik lain.

 

Referensi

Behavior modification : principles and modification ( Raymond G Miltenberger)

Jumat, 12 November 2021

 Pendekatan Behaviourisme dan Depresi

Oleh Lisfarika Napitupu, M.Psi., Psikolog

 Pendekatan Behaviorisme dikenal lewat penelitiannya pada awal abadabad ke-20, para behavioris pada masa awal lebih banyak melakukan penelitian hingga tahun 1930-1940, dimana pada tahun ini, mereka mulai berfikir mengenai penyakit mental dan psikoterapi.

Behavioris, berpendapat jika perilaku manusia tidak ada hubungannya dengan konflik bawah sadar , represi, atau masalah dengan representasi objek. Sebaliknya, psikolog  dengan pendekatan behavioris menggunkaan prinsip teori belajar untuk menjelaskan perilaku manusia.

 Menurut teori perilaku, perilaku disfungsional atau tidak membantu seperti depresi muncul karena perilaku tersebut dipelajari.Misanya gangguan psikologi depresi. Behavioris berpendapat jika depresi muncul karena ada proses belajar, dan karena itu depresi juga dapat di sembuhkan melalui proses belajar.

Pada pertengahan 1970-an, Peter Lewinsohn berpendapat bahwa depresi disebabkan oleh kombinasi stresor di lingkungan seseorang dan kurangnya keterampilan pribadi/personal skills.

Lebih khusus lagi, stresor lingkungan menyebabkan seseorang menerima positive reinforcement yang sedikit. Menurut teori belajar, menerima positive reinforcement meningkatkan kemungkinan orang akan mengulangi jenis tindakan yang telah mereka lakukan yang membuat mereka menerima penguatan /reinforcement tersebut. Dengan kata lain, orang akan cenderung mengulangi perilaku yang diperkuat. Misalnya, banyak orang datang ke tempat kerja secara teratur untuk menerima gaji, anak anak menjadi rajin belajar karena mereka akan mendapat nilai yang bagus. melalui contoh tersebut, dapat dikatakan jika , bekerja dan belajar adalah perilaku yang dimotivasi oleh uang, tunjangan, dan nilai bagus (positive reinforcement )

Menurut Lewinsohn, orang yang depresi justru adalah orang-orang yang tidak tahu bagaimana menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak lagi mendapatkan positive reinforcement seperti sebelumnya. Misalnya, seorang anak yang baru pindah ke rumah baru dan akibatnya kehilangan kontak dengan teman-teman sebelumnya mungkin tidak memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk mendapatkan teman baru dengan mudah dan dapat menjadi depresi. Demikian pula, seorang pria yang telah dipecat dari pekerjaannya dan mengalami kesulitan menemukan pekerjaan baru mungkin menjadi depresi. kedua contoh ini menunjukkan jika hilangnya positive reinforcement, berkontribusi bagi munculnya depresi.

 

Selain itu, orang yang depresi biasanya memiliki kesadaran diri yang tinggi tentang kurangnya keterampilan mengatasi masalah, yang sering membuat mereka mengkritik diri sendiri dan menarik diri dari orang lain (misalnya, orang yang depresi mungkin menghindari fungsi sosial dan mendapatkan penguatan yang lebih sedikit daripada sebelumnya. ).

 Lebih buruk lagi, perilaku depresif semakin diperkuat

ketika anggota keluarga dan jaringan sosial mengasihani mereka dan memberi mereka dukungan khusus karena mereka "sakit". Sebagai contoh, beberapa pasangan mungkin merasa kasihan pada pasangan mereka yang depresi dan mulai melakukan tugas-tugas mereka untuk mereka, sementara orang yang depresi berbaring di tempat tidur. Jika orang yang depresi tidak senang melakukan tugas-tugas itu di tempat pertama, tetap tertekan untuk menghindari keharusan melakukan tugas-tugas itu mungkin mulai tampak bermanfaat. Penelitian menunjukkan jika teori Lewinsohn menjelaskan perkembangan depresi beberapa individu, namun tidak menjelaskan bagaimana depresi berkembang pada pasien depresi yang lain.

Umumnya, behavioris tidak terlalu memperhatikan pemikiran, persepsi, evaluasi, atau harapan orang dan sebaliknya hanya berfokus pada perilaku eksternal dan langsung yang dapat diamati dan diukur. hal  ini bukan karena behaviorist tidak menyadari peran perasaan dan pikiran internal sebagai penyebab depresi, tetapi karena mereka menganggapnya relatif tidak relevan dengan proses mempengaruhi perilaku (untuk menjadi depresi), dan  perasaan dan pikiran internal  tersebut terlalu sulit untuk diukur  secara akurat. Namun bantahan terhadap ide ini dijawab melalui adanya penelitian yang mengungkap jika peristiwa internal seperti persepsi, harapan, nilai, sikap, evaluasi pribadi diri dan orang lain, ketakutan, keinginan, dan lain lain, dapat  mempengaruhi perilaku, dan penting untuk diperhitungkan saat melakukan terapi. Implikasi temuan ini berakibat pada kurang populernya pendekatan behavior.

 

Referensi

https://www.mentalhelp.net/depression/psychology-behavioral-theories/

Jumat, 05 November 2021


November Bahagia πŸ’ͺπŸ’œπŸ’›

Lisfarika Napitupulu,M.Psi., Psikolog

Penghujung tahun meyapa, november, selangkah lagi menuju penutup tahun 2021. Di beberapa tempat dinegara tropis, november berarti lekat dengan suasana mendung, rintik hujan dan hujan lebat, udara menjadi lebih sejuk. Bahkan, di belahan dunia lain, negara empat musim,november berarti musim gugur, sesaat menuju musim dingin dimana suhu  bahkan bisa lebih rendah dari 0 derajat. Beberapa penelitian menemukan ada orang orang tertentu yang menjadi lebih murung di setiap pergantian musim,dan  hal ini dihubungkan dengan seasonal affection disorder (SAD), bagian dari depresi.

Dikutip dari National institute of mental health, ilmuwan belum sepenuhnya meyakini apa yang menjadi penyebab SAD, namun penelitian menunjukkan berkurangnya kadar serotonin ( unsur kimiawi otak yang membantu mengatur suasana hati) berperan dalam kemunculan SAD. Lebih lanjut, penelitian menunjukkan jika  sinar matahari membantu mengontrol  molekul, dimana molekul ini berperan  membantu mempertahankan kadar serotonin normal, tetapi pada orang dengan SAD,regulasi ini tidak berfungsi dengan baik, sehingga mengakibatkan penurunan kadar serotonin di musim dingin.

However, wherever you are…when you have this feeling try to do positive things, such as being happy!!

Menjadi gembira atau bahagia, salah satu indikasi kesehatan mental yang baik, atau kondisi dimana seseorang menjadi lebih sejahtera secara psikologis. Satu indikatornya adalah having positive relationship with others, memiliki hubungan positif dengan orang lain. 


Individu yang memiliki hubungan positif dengan orang lain, biasanya digambarkan sebagai orang yang hangat, memperhatikan kesejahteraan orang lain, memiliki empati, dan tulus menolong orang lain, memahami konsep memberi dan menerima dengan baik. Bahwa dia memberi bukan karena mengharap imbalan sebagai ganti pemberiannya, namun lebih karena dia melakukan itu karena dengan memberi membuatnya bahagia terlepas dari respon orang yang diberi (suka/tidak suka. Menerima atau menolak), dan biasanya mereka juga senang menerima pemberian orang lain. Mereka menerima pemberian orang dengan tulus, setulus mereka memberi orang lain.Entah bagaimana, ketulusan mereka dalam memberi dan menerima menumbuhkan perasaan bahagia pada orang lain, membuat orang lain merasa penting penting. 

See…sometimes it is easy to find happiness, Isn't it? you don’t have to visit a psychologist to find it? jadi, silahkan periksa bagaimana hubungan interpersonal anda, apakah kita memiliki hubungan interpersonal yang berkualitas ? jika tidak mari kita benahi Bersama.

  Biblioterapi Oleh: Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog Dirangkum dari :Treating child and adolescence aggression through Bibliother...