Rabu, 29 September 2021

 TES PROYEKTIF : SEJARAH SINGKAT

Oleh : Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog


Sumber: Sidney Levy, Figure drawing as a projective test (Lawrence Edwin, ) projective psychology clinical approaches to the total personality

Istilah proyeksi diperkenalkan oleh freud awal tahun 1894 dalam papernya yang berjudul “The Anxiety Neurosis”. Istilah proyeksi kemudia dipergunakan dalam Tes, yang dikenal sebagai Tes proyeksi.

Asusmsi dasar tes ini adalah : subjek diberi beberapa stimulus ambigu dan diminta untuk member respon atas stimulus tersebut. Melalui stimulus itu subjek melakukan proyeksi atas kebutuhan, tekanan, dorongan, kecemasan yang dimiliki.

Beberapa klinis berpendapat gambar yang dibuat merupakan proyeksi gambaran diri atau konsep diri, proyeksi sikap seseorang terhadap lingkungan, proyeksi gambaran diri ideal, hasil dari  penanaman nilai norma yang diperoleh disepanjang kehidupannya, ekspresi terhadap pola pola kebiasaan, ekspresi dari kondisi emosi, proyeksi sikap subjek terhadap penilai dan situasi , ekpresi sikapnya terhadap hidup dan lingkungan sosialnya.

Tes psikologi terutama tes proyeksi merupakan sumber informasi mengenai individu, informasi yang berhubungan dengan pengalaman pribadi yang bahkan tidak disadari, manifestasi gaya hidup, kemampuan dan ciri pribadi seseorang, jendela unik sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang diluar kehidupan Subjek dan sarana untuk menegetahui proses proses interaksi . Bagi klien, informasi tersebut berguna untuk memunculkan insight atau pemahaman atas masalah yang ia hadapi sehingga proses terapi memiliki kemajuan. Salah satu tes proyeksi yang cukup populer, adalah Tes Grafis


Sejarah Muncul dan Berkembangnya tes Grafis.

 Bukti -bukti menunjukkan Pada masa lampau atau  jaman primitive (20 .000 tahun selama masa akhir jaman paleolithic dan kebanyakan ditemukan didaerah spanyol dan prancis selatan)  para lelaki dan wanita mengukir dan menggunakan batu untuk menuangkan ide ide dan perasaan mereka. Pada masa berikutnya, gambar digunakan oleh professional kesehatan mental untuk menilai aspek emosi dan aspek psikologis lainnya dalam proses asesmen dan treatmen psikologi. Disepanjang Benua  eropa akhir tahun 1800 dan awal tahun 1900, ketertarikan pada gambar yang dibuat oleh orang orang yang  mental nya sakit berkembang. Gambar gambar mereka (orang orang yang mentalnya terganggun menjadi tema diskusi diantara para professional kesehatan mental, gambar ini digunakan untuk  menentukan diagnose , membedakan antar satu jenis gangguan jiwa dengan gangguan jiwa lainnya . Banyak penulis pada saat itu percaya bahwa ekspresi gambar dapat menegaskan diagnose, terutama diagnose untuk gangguan yang tergolong berat. Misalnya schizophrenia

Selama tahun 1920 seorang Psikiatris yang juga memiliki minat pada perkembangan sejarah  gambar bernama  Hans Prinzhorn  mengumpulkan sekitar 5000 lembar gambar yang merupakan hasil  kreasi pasien (didaerah Eropa)  yang   berada dalam masa pengobatan mental. Hasil pengamatannya ditulis pada tahun  1972 dalam publikasi berjudul Artistry of the Mentally Ill. Dia menemukan kemungkinkan kemungkinan penggunaan gambar sebagai sebagai media penunjang diagnostic dan penggunaan gambar dalam ranah rehabilitasi. Pada masa ini, spekulasi yang menjelaskan penggunaan gambar anak anak sebagai sarana untuk mengetahui perkembangan intelektual  dan emosional berkembang

Sigmund freud pada tahun 1900 dan 1958 berhipotesis  bahwa symbol symbol yang tampak  melalui gambar mengandung ingatan ingatan atau kenangan  yang dilupakan dapat muncul melalui mimpi dan ekspresi seni ( dalam bentuk gambar). Symbol symbol  (yang terwujud lewat gambar) menurut Freud  merupakan mekanisme untuk menyamarkan  kecemasan.


Jung 1971 menyatakan symbol (dalam bentuk gambar) merepresentasikan bagian dari pengalaman pribadi yang bisa membantu proses penyembuhan , karena itu Jung menganjurkan kliennya untuk mengambar. Dia menekankan bahwa kreativitas (kemampuan menghasilkan gambar) merupakan komponen utama dalam proses treatmen. Penjelasan lengkap dari kedua aliran psikoanalisa ini membuat  pengguanaan gambar menjadi isu yang menarik dalam komunitas kesehatan mental.

Masa selanjutnya, Terapis menggunakan gambar sebagai jembatan menuju alam bawah sadar  untuk menggali fikiran dan dan perasaan pasien, dan ini dirasa lebih efektif  dibandingkan menggunakan kalimat.


Aplikasi tes proyeksi dalam psikologi klinis dimulai sejak awal abad ke 20. Beberapa tahun setelah kraner yaitu pada tahun 1921, ditandai dengan publikasi Rorschach memperkenalkan asesmen psikodiagnostiknya dan diberi  nama yang sama dengan namanya yaitu  tes Rorschach. Setelah itu muncullah bebearpa alat diagnostic tambahan, misalnya tes asosiasi kata, tes melengkapi kalimat, T.A.T dan H.T.P (House-Tree-Person Drawing Test) (Miri &rozalis 2006). Pemikiran mengenai tes proyektif didasarkan pada teori freud dan ditegaskan oleh pendapat yang menyatakan alam bawah sadar, persepsi, motivasi tersembunyi tidak bisa diamati secara langsung dengan beberapa alasan :

n   Karena fikiran,  persepsi, motivasi tersembunyi tersebut tidak disadari oleh mereka,

n  Fikiran alam bawah sadar itu terlalu abstrak untuk diungkapkan dan tidak bisa diakses,


bersambung......

Senin, 27 September 2021

 

PENGANTAR : MODIFIKASI PERILAKU

Diringkas dari buku
 Behaviour modification : Principles and procedures, 4th edition (Raymon G Miltenberger)

Perilaku manusia adalah subyek dalam  modifikasi perilaku

Perilaku memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

1. Perilaku adalah apa yang orang lakukan dan katakan. Karena perilaku melibatkan tindakan seseorang, hal ini dijelaskan dengan kata kerja. Perilaku bukanlah karaktreistik yang statis, bila kita mengatakan seseorang marah, maka itu bukanlah perilaku namun itu adalah label perilaku, namun  Jika Anda mengidentifikasi apa yang orang katakan atau lakukan ketika marah, maka Anda telah mengidentifikasi perilaku. Misalnya, "Jennifer berteriak padanya

    Ibu, lari ke atas, dan membanting pintu kamarnya. "

    Ini adalah deskripsi dari perilaku yang mungkin dicap sebagai kemarahan.

2. Perilaku memiliki satu atau lebih dimensi yang dapat diukur. Anda dapat mengukur frekuensi perilaku; yaitu, Anda dapat menghitung berapa kali perilaku itu dilakukan (misalnya, Shane menggigit kukunya 12 kali selama di kelas).

     Anda dapat mengukur durasi perilaku, atau waktu dari ketika sebuah  perilaku muncul sampai

    berhenti (misalnya, Rita berlari selama 25 menit).

    Anda dapat mengukur intensitas perilaku, atau kekuatan fisik yang terlibat dalam perilaku (misalnya, Garth menekan bangku).

    Frekuensi, durasi, dan intensitas adalah dimensi  fisik perilaku.

3.  Perilaku dapat diamati, dijelaskan, dan dicatat oleh orang lain atau oleh orang yang terlibat dalam perilaku. Karena perilaku adalah suatu tindakan, kejadian tersebut dapat diamati.

    Orang dapat melihat perilaku (atau mendeteksi melalui salah satu indera) ketika terjadi.

    Karena itu diamati, orang yang melihat perilaku dapat menggambarkan dan merekam nya

    terjadinya.

4.  Perilaku berdampak pada lingkungan, termasuk fisik atau

    lingkungan sosial (orang lain dan diri kita sendiri).

    Terjadinya perilaku dapat memiliki beberapa efek pada lingkungan di mana perilaku itu terjadi. Misalnya, Anda menghidupkan saklar lampu, dan cahaya langsung menerangi tempat disekitar anda. Dosen anda memanggil nama anda dikelas, Ketika anda sedang mengantuk, dan anda menjadi terjaga

 

5. Perilaku  memiliki hukum

    dimana kemunculannya secara sistematis dipengaruhi oleh lingkungan. Prinsip dasar perilaku menggambarkan hubungan fungsional antara perilaku kita dan peristiwa dilingkungan. prinsip ini menggambarkan bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh, atau terjadi sebagai fungsi dari peristiwa lingkungan. Prinsip dasar ini adalah bagian oenting dari prosedur modifikasi perilaku, setelah kita memahami peristiwa lingkungan yang menyebabkan terjadinya sebuah perilaku, maka kita dapat mengubah beberapa peristiwa dilingkungan untuk mengubah perilaku yang tidak diharapkan.

6. Perilaku mungkin dapat diamati (overt) atau tidak teramati (covert).Lebih sering prosedur modifikasi perilaku digunakan untuk memahami dan mengubah perilaku yang dapat diamati (overt behavior). Perilaku terbuka adalah tindakan yang dapat diamati dan direkam oleh orang lain (orang yang tidak menampilkan perilaku tersebut). Beberapa contoh perilaku yang tidak teramati  oleh orang lain nmisalnya berfikir, perasaan sedih dan sebagainya. Modifikasi perilaku, lebih berfokus pada perilaku yang dapat di amati.

Jumat, 10 September 2021

There is a day when we wake up, and we realize that maybe many things in our lives are wrong.

Psikologi Abnormal dan Psikopatologi 
Bagian 1

Ketika terbangun dengan perasaan demikian, cobalah untuk sejenak merenung, evaluasi diri kita, temukan dimana letak permasalahannya. Apa yang kita rasakan (afeksi)? marah ? sedih ? kecewa? Berharap ? cemas ?, dan Ketika berhasil mengidentifikasikan perasaan tersebut, cobalah untuk berfikir apa sumber perasaan tersebut (kognitif)…

Ini adalah sekelumit proses terapi dengan pendekatan kognitif-perilaku, sebuah pendekatan terapi yang ditujukan pada orang orang yang memiliki masalah Kesehatan mental, gangguan perilaku, atau perilaku abnormal.

Pada tulisan kali, ini saya ingin sedikit mengulas perilaku abnormal dan patologis dari perspektif Psikologi. Ada beberapa istilah yang menggambarkan perilaku abnormal, misalnya gangguan perilaku, perilaku maladjustment, perilaku patologis, dan sebagainya.

 Dalam konteks psikologi, abnormalitas perilaku dapat ditandai dengan adanya disfungsi psikologis, distress, dan respon atipikal. Disfungsi Psikologis mengacu paa gangguan kognitif, afeksi, dan fungsi perilaku. Distress mengacu pada ketidakberdayaan akibat tekanan tekanan hidup yang dialai. Sementara respon atipikal mengacu pada penilaian atas normal atau tidak normalnya perilaku berdasarkan norma budaya.

Rabu, 08 September 2021

 Semester baru  tahun ajaran baru..

Selamat datang semester baru, tahun ajaran baru dengan hari hari yang masih sama, belum berubah. Hampir dua tahun pandemik ini melingkupi kita. Barangkali banyak perubahan yang kita alami, dari yang ada menjadi tiada seperti ’perginya’  orang orang terkasih kita, sahabat kita. Perubahan perilaku, pastinya ada..orang orang tidak lagi bebas keluar rumah, dan jika beraktivitas diluar rumah ya memakai masker wajah. Hangout bareng teman, terbataslah, ga sebebas masa masa dulu. Gathering,aktivitas sekolah dan perkuliahan kebanyakan via face time dengan menggunakan berbagai macam platform media sosial. Sekolah, kuliah, rapat, wisuda hampIr dua tahun ini dilakukan secara daring.

Bosan, Lelah menatap layar HP/ laptop, barangkali iya..But, we still do not have any choice, do we ?.

Bagaimanapun, syukuri dan sabar  layak kita panjatkan karena kita masih ada hingga hari ini. kita masih diberi kesempatan untuk melakukan hal hal yang positif, menebar kebaikan...

Semoga hari hari lalu, saat dimana ruang kelas terisi kembali, saat dimana orang orang bertemu real didunia nyata, saat masjid masjid Kembali terisi penuh dengan hamba hamba yang merindu sujud berjamaah , kembali pada kita.

 

Pekanbaru, September 2021


  Biblioterapi Oleh: Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog Dirangkum dari :Treating child and adolescence aggression through Bibliother...