TES PROYEKTIF : SEJARAH SINGKAT
Oleh : Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog
Sumber: Sidney Levy, Figure drawing as a projective test (Lawrence Edwin, ) projective psychology clinical approaches to the total personality
Istilah proyeksi diperkenalkan oleh freud awal tahun 1894 dalam papernya yang berjudul “The Anxiety Neurosis”. Istilah proyeksi kemudia dipergunakan dalam Tes, yang dikenal sebagai Tes proyeksi.
Asusmsi dasar tes ini adalah : subjek diberi beberapa stimulus ambigu dan diminta untuk member respon atas stimulus tersebut. Melalui stimulus itu subjek melakukan proyeksi atas kebutuhan, tekanan, dorongan, kecemasan yang dimiliki.
Beberapa klinis berpendapat gambar yang dibuat merupakan proyeksi gambaran diri atau konsep diri, proyeksi sikap seseorang terhadap lingkungan, proyeksi gambaran diri ideal, hasil dari penanaman nilai norma yang diperoleh disepanjang kehidupannya, ekspresi terhadap pola pola kebiasaan, ekspresi dari kondisi emosi, proyeksi sikap subjek terhadap penilai dan situasi , ekpresi sikapnya terhadap hidup dan lingkungan sosialnya.
Tes psikologi terutama tes proyeksi merupakan sumber informasi mengenai individu, informasi yang berhubungan dengan pengalaman pribadi yang bahkan tidak disadari, manifestasi gaya hidup, kemampuan dan ciri pribadi seseorang, jendela unik sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang diluar kehidupan Subjek dan sarana untuk menegetahui proses proses interaksi . Bagi klien, informasi tersebut berguna untuk memunculkan insight atau pemahaman atas masalah yang ia hadapi sehingga proses terapi memiliki kemajuan. Salah satu tes proyeksi yang cukup populer, adalah Tes Grafis
Sejarah Muncul dan Berkembangnya tes Grafis.
Bukti -bukti menunjukkan Pada masa lampau atau jaman primitive (20 .000 tahun selama masa akhir jaman paleolithic dan kebanyakan ditemukan didaerah spanyol dan prancis selatan) para lelaki dan wanita mengukir dan menggunakan batu untuk menuangkan ide ide dan perasaan mereka. Pada masa berikutnya, gambar digunakan oleh professional kesehatan mental untuk menilai aspek emosi dan aspek psikologis lainnya dalam proses asesmen dan treatmen psikologi. Disepanjang Benua eropa akhir tahun 1800 dan awal tahun 1900, ketertarikan pada gambar yang dibuat oleh orang orang yang mental nya sakit berkembang. Gambar gambar mereka (orang orang yang mentalnya terganggun menjadi tema diskusi diantara para professional kesehatan mental, gambar ini digunakan untuk menentukan diagnose , membedakan antar satu jenis gangguan jiwa dengan gangguan jiwa lainnya . Banyak penulis pada saat itu percaya bahwa ekspresi gambar dapat menegaskan diagnose, terutama diagnose untuk gangguan yang tergolong berat. Misalnya schizophrenia
Selama tahun 1920 seorang Psikiatris yang juga memiliki minat pada perkembangan sejarah gambar bernama Hans Prinzhorn mengumpulkan sekitar 5000 lembar gambar yang merupakan hasil kreasi pasien (didaerah Eropa) yang berada dalam masa pengobatan mental. Hasil pengamatannya ditulis pada tahun 1972 dalam publikasi berjudul Artistry of the Mentally Ill. Dia menemukan kemungkinkan kemungkinan penggunaan gambar sebagai sebagai media penunjang diagnostic dan penggunaan gambar dalam ranah rehabilitasi. Pada masa ini, spekulasi yang menjelaskan penggunaan gambar anak anak sebagai sarana untuk mengetahui perkembangan intelektual dan emosional berkembang
Sigmund freud pada tahun 1900 dan 1958 berhipotesis bahwa symbol symbol yang tampak melalui gambar mengandung ingatan ingatan atau kenangan yang dilupakan dapat muncul melalui mimpi dan ekspresi seni ( dalam bentuk gambar). Symbol symbol (yang terwujud lewat gambar) menurut Freud merupakan mekanisme untuk menyamarkan kecemasan.
Jung 1971 menyatakan symbol (dalam bentuk gambar) merepresentasikan bagian dari pengalaman pribadi yang bisa membantu proses penyembuhan , karena itu Jung menganjurkan kliennya untuk mengambar. Dia menekankan bahwa kreativitas (kemampuan menghasilkan gambar) merupakan komponen utama dalam proses treatmen. Penjelasan lengkap dari kedua aliran psikoanalisa ini membuat pengguanaan gambar menjadi isu yang menarik dalam komunitas kesehatan mental.
Masa selanjutnya, Terapis menggunakan gambar sebagai jembatan menuju alam bawah sadar untuk menggali fikiran dan dan perasaan pasien, dan ini dirasa lebih efektif dibandingkan menggunakan kalimat.
Aplikasi tes proyeksi dalam psikologi klinis dimulai sejak awal abad ke 20. Beberapa tahun setelah kraner yaitu pada tahun 1921, ditandai dengan publikasi Rorschach memperkenalkan asesmen psikodiagnostiknya dan diberi nama yang sama dengan namanya yaitu tes Rorschach. Setelah itu muncullah bebearpa alat diagnostic tambahan, misalnya tes asosiasi kata, tes melengkapi kalimat, T.A.T dan H.T.P (House-Tree-Person Drawing Test) (Miri &rozalis 2006). Pemikiran mengenai tes proyektif didasarkan pada teori freud dan ditegaskan oleh pendapat yang menyatakan alam bawah sadar, persepsi, motivasi tersembunyi tidak bisa diamati secara langsung dengan beberapa alasan :
n Karena fikiran, persepsi, motivasi tersembunyi tersebut tidak
disadari oleh mereka,
n Fikiran
alam bawah sadar itu terlalu abstrak untuk diungkapkan dan tidak bisa diakses,
bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar