Senin, 26 Oktober 2020

 

ASESMEN FUNGSIONAL (Bagian II)

Oleh : Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog.

Tulisan kali ini masih membahas asesmen fungsional, yaitu sebuah asesmen yang dilakukan sebelum memberikan modifikasi perilaku pada individu yang memerlukannya.

Prinsip dari analisa perilaku adalah jika perilaku terjadi karena dikontrol lingkungan, artinya perilaku/behavior  seseorang dikendalikan oleh rangsangan anteseden, dikendalikan oleh konsekuensi/consequences yang  memungkinkan perilaku tersebut berulang.

 

Asesmen fungsional adalah proses pengumpulan informasi tentang anteseden dan consequences yang secara fungsional berkaitan dengan terjadinya suatu perilaku masalah. Ini memberikan informasi yang membantu asesor/pemeriksa dalam menentukan  menentukan mengapa masalah perilaku terjadi (Drasgow, Yell, Bradley, & Shiner, 1999; Ellis & Magee, 1999; Horner & Carr, 1997; Iwata, Vollmer, & Zarcone, 1990; Iwata, Vollmer, Zarcone, & Rodgers, 1993; Larson & Maag, 1999; Lennox & Miltenberger, 1989; Neef, 1994).

Selain informasi tentang konsekuensi yang memperkuat/mempertahankan perilaku, asesmen fungsional

juga memberikan informasi rinci tentang rangsangan anteceden  (waktu,  tempat , perilaku orang-orang yang hadir saat perilaku terjadi, peristiwa lingkungan apa pun yang terjadi tepat sebelum perilaku, dan frekuensi  dari perilaku yang bermasalah )

 Asesmen fungsional juga memberikan jenis informasi lain, yang juga penting untuk mengembangkan intervensi yang tepat untuk mengatasi perilaku masalah, termasuk keberadaan perilaku alternatif yang mungkin secara fungsional setara dengan perilaku bermasalah, variabel motivasi (menetapkan hal hal yang mempengaruhi keefektifan rangsangan sebagai reinforcer (yang mempertahankan perilaku) dan punishment, rangsangan yang dapat berfungsi sebagai penguat (mempertahankan perilaku) bagi orang tersebut, dan riwayat intervensi yang pernah didapatkan  sebelumnya serta hasil intervensi.

 

Rangkuman informasi yang diperoleh dari asesmen Fungsional

·       Target perilaku /Perilaku bermasalah/behaviour : Deskripsi objektif mengenai perilaku yang digambarkan sebagai sumber masalah

·       Antecendents : Deskripsi objectif dari peristiwa yang ada dlilingkungan, yang memicu munculnya perilaku bermasalah (aspek fisik dari lingkungan dan perilaku orang orang disekitar

·       Consequences : deskripsi objektif dari peristiwa di lingkungan yang mengikuti kemunculan perilaku bermasalah (aspek fisik dari lingkungan dan perilaku orang orang disekitar )

·       Perilaku alternative : informasi mengenai alternative perolaku yang diharapkan sebagai pengganti perilaku bermasalah.

·       Variabel motivasional :informasi atas peristiwa di lingkungan yang dapat berfungsi untuk memelihara reinforcement  atau punishment

·       Reinforcer potensial : informasi dari kejadian disekitar lingkungan-termasuk stimulus fisik dan perilaku orang lain, yang mungkin berfungsi sebagai reinforcer dalam proses treatmen

·       Intervensi sebelumnya yang pernah diterima : informasi mengenai intervensi yang telah pernah diberikan sebelumnya dan mempengaruhi perilaku.

 

Function of problem behavior/Fungsi masalah perilaku

Ada empat consequences, yang dapat memperkuat perilaku bermasalah sehingga perilaku bermasalah sering muncul, yaitu :

1.social positive reinforcement

Perilaku bermasalah bertahan , ketika seseorang memperkuat perilaku bermasalah tersebut, misalnya  dengan memberikan perhatian, akses ke suatu tinakan, MisalnyaJacob menerima mainannya kembali dari anak-anak lain (lihat asesmen fungsional bagian I)

2. Penguatan Negatif Sosial/negative social reinforcement

Dalam beberapa kasus, perilaku bermasalah di pertahankan oleh orang lain. Ketika seseorang menghindari tindakan/perilaku yang tidak menyenangkan dari oran lain (orang yang memiliki perilaku bermasalah), maka hal ini dapat memperkuat perilaku bermasalah, misalnya  menghindari bau asap rokok  saat  berdekatan dengan orang yang merokok.  tindakan menhindari asap rokok tersebut merupan negative social reinforcement.

3. Penguatan Positif Otomatis/Automatic positive reinforcement

Dalam beberapa kasus, Perilaku bermasalah yang sering muncul, dapat disebabkan oleh penguatan otomatis, bukan orang lain atau situasi diluar dirinya. Misalnya, seorang penyandang autisme, yang  menggerak gerakan jari didepan wajahnya. Perilaku ini  bisa diperkuat secara otomatis. Menggerakkan bagian anggota tubuh tertentu (misalnya jari tangan), bagi penyandang autisme mampu mengahasilkan stimulasi sensorik yang menimbulkan perasaan nyaman, dan ini muncul secara otomatis.

4. Penguatan Negatif Otomatis/ Automatic negative reinformcement terjadi ketika perilaku bermasalah

menyebabkan hilangnya/berkurangnya stimulus yang tidak menyenangkan. Misalnya perilaku makan berlebihan. Banyak penelitan menemukan. jika perilaku makan berlebihan adalah salah satu cara untuk mengatasi suasana perasaan yang tidak enak (suasana perasaan yang tidak enak= stimulus yang tidak menyenangka), oleh karena itu, perilaku makan berlebihan akan selalu terulang, karena orang belajar dengan melakukan perilaku ini maka perasaan tidak menyenangkan akan hilang/berkurang.

 

Dirangkun dari Buku :

 Behaviour modification : principles and procedurs  (4th edition)by Raymond J,Milten Berger

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Biblioterapi Oleh: Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog Dirangkum dari :Treating child and adolescence aggression through Bibliother...