ASESMEN FUNGSIONAL (Bagian II)
Oleh : Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog.
Tulisan kali ini masih membahas asesmen fungsional, yaitu sebuah asesmen yang dilakukan sebelum memberikan modifikasi perilaku pada individu yang memerlukannya.
Prinsip dari analisa perilaku
adalah jika perilaku terjadi karena dikontrol lingkungan, artinya perilaku/behavior seseorang dikendalikan oleh rangsangan anteseden, dikendalikan oleh konsekuensi/consequences yang memungkinkan perilaku tersebut berulang.
Asesmen fungsional adalah proses
pengumpulan informasi tentang anteseden dan
consequences yang secara fungsional
berkaitan dengan terjadinya suatu perilaku masalah. Ini memberikan informasi
yang membantu asesor/pemeriksa dalam menentukan
menentukan mengapa masalah perilaku terjadi (Drasgow, Yell, Bradley,
& Shiner, 1999; Ellis & Magee, 1999; Horner & Carr, 1997; Iwata,
Vollmer, & Zarcone, 1990; Iwata, Vollmer, Zarcone, & Rodgers, 1993;
Larson & Maag, 1999; Lennox & Miltenberger, 1989; Neef, 1994).
Selain informasi tentang
konsekuensi yang memperkuat/mempertahankan perilaku, asesmen fungsional
juga memberikan informasi rinci
tentang rangsangan anteceden (waktu, tempat , perilaku orang-orang yang hadir saat
perilaku terjadi, peristiwa lingkungan apa pun yang terjadi tepat sebelum
perilaku, dan frekuensi dari perilaku
yang bermasalah )
Asesmen fungsional juga memberikan jenis
informasi lain, yang juga penting untuk mengembangkan intervensi yang tepat
untuk mengatasi perilaku masalah, termasuk keberadaan perilaku alternatif yang
mungkin secara fungsional setara dengan perilaku bermasalah, variabel motivasi
(menetapkan hal hal yang mempengaruhi keefektifan rangsangan sebagai reinforcer
(yang mempertahankan perilaku) dan punishment,
rangsangan yang dapat berfungsi sebagai penguat (mempertahankan perilaku) bagi
orang tersebut, dan riwayat intervensi yang pernah didapatkan sebelumnya serta hasil intervensi.
Rangkuman informasi yang diperoleh dari asesmen Fungsional
·
Target perilaku /Perilaku bermasalah/behaviour : Deskripsi objektif mengenai
perilaku yang digambarkan sebagai sumber masalah
·
Antecendents
: Deskripsi objectif dari peristiwa yang ada dlilingkungan, yang memicu
munculnya perilaku bermasalah (aspek fisik dari lingkungan dan perilaku orang
orang disekitar
·
Consequences
: deskripsi objektif dari peristiwa di lingkungan yang mengikuti kemunculan
perilaku bermasalah (aspek fisik dari lingkungan dan perilaku orang orang
disekitar )
·
Perilaku alternative : informasi mengenai
alternative perolaku yang diharapkan sebagai pengganti perilaku bermasalah.
·
Variabel motivasional :informasi atas peristiwa
di lingkungan yang dapat berfungsi untuk memelihara reinforcement atau punishment
·
Reinforcer
potensial : informasi dari kejadian disekitar lingkungan-termasuk stimulus
fisik dan perilaku orang lain, yang mungkin berfungsi sebagai reinforcer dalam proses treatmen
·
Intervensi
sebelumnya yang pernah diterima : informasi mengenai intervensi yang telah
pernah diberikan sebelumnya dan mempengaruhi perilaku.
Function of problem behavior/Fungsi masalah perilaku
Ada empat consequences, yang dapat memperkuat perilaku bermasalah sehingga
perilaku bermasalah sering muncul, yaitu :
1.social positive reinforcement
Perilaku
bermasalah bertahan , ketika seseorang memperkuat perilaku bermasalah tersebut,
misalnya dengan memberikan perhatian,
akses ke suatu tinakan, MisalnyaJacob menerima mainannya kembali dari anak-anak
lain (lihat asesmen fungsional bagian I)
2. Penguatan Negatif
Sosial/negative social reinforcement
Dalam beberapa
kasus, perilaku bermasalah di pertahankan oleh orang lain. Ketika seseorang
menghindari tindakan/perilaku yang tidak menyenangkan dari oran lain (orang
yang memiliki perilaku bermasalah), maka hal ini dapat memperkuat perilaku
bermasalah, misalnya menghindari bau
asap rokok saat berdekatan dengan orang yang merokok. tindakan menhindari asap rokok tersebut
merupan negative social reinforcement.
3. Penguatan Positif
Otomatis/Automatic positive reinforcement
Dalam beberapa
kasus, Perilaku bermasalah yang sering muncul, dapat disebabkan oleh penguatan
otomatis, bukan orang lain atau situasi diluar dirinya. Misalnya, seorang
penyandang autisme, yang menggerak
gerakan jari didepan wajahnya. Perilaku ini
bisa diperkuat secara otomatis. Menggerakkan bagian anggota tubuh
tertentu (misalnya jari tangan), bagi penyandang autisme mampu mengahasilkan
stimulasi sensorik yang menimbulkan perasaan nyaman, dan ini muncul secara
otomatis.
4. Penguatan Negatif Otomatis/
Automatic negative reinformcement terjadi ketika perilaku bermasalah
menyebabkan
hilangnya/berkurangnya stimulus yang tidak menyenangkan. Misalnya perilaku
makan berlebihan. Banyak penelitan menemukan. jika perilaku makan berlebihan
adalah salah satu cara untuk mengatasi suasana perasaan yang tidak enak
(suasana perasaan yang tidak enak= stimulus yang tidak menyenangka), oleh
karena itu, perilaku makan berlebihan akan selalu terulang, karena orang
belajar dengan melakukan perilaku ini maka perasaan tidak menyenangkan akan
hilang/berkurang.
Dirangkun dari Buku :
Behaviour modification : principles and procedurs (4th edition)by Raymond J,Milten Berger
Tidak ada komentar:
Posting Komentar