Kamis, 05 November 2020

Menyusun Cerita Sosial ( Social Story) Untuk Penyandang Autism

Oleh : Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog.

Cerita Sosial (Social Story)

Cerita sosial adalah gambaran singkat mengenai suatu situasi sosial , peristiwa atau kejadian, dimana cerita tersebut mengandung informasi yang khusus dan akurat mengenai apa yang diharapkan dan mengapa. Cerita ini megarahkan agar seseorang mengambil tindakan tertentu, atau bagaimana bersikap dalam situasi tertentu. Cerita dilenggkap dengan petunjuk, respon-respon  yang tepat. Cerita sosial bertujuan untuk meyakinkan orang . Tujuan dari cerita  sosial tidak mengubah perilaku, tapi mengidentifikasi perilaku dan berbagi informasi  yang mendorong agar orang mengambil pilihan lain. Cerita sosial , menjawab pertanyaan :

Dimana dan kapan situasi terjadi

Siapa yang terlibat

Bagaimana urutan sebuah peristiwa

Apa yang terjadi

Mengapa ?

KAPAN MENGGUNAKAN CERITA SOSIAL ?

Untuk membantu penyandang autism mengembangkan pemahaman yang lebih jauh dengna mengidentifikasikan petunju petunjuk penting di berbagai situasi. Cerita sosial juga dapat digunakan untuk beragam kepentingan, misalnya mengubah rutinitas, memperkenalkan rutinitas baru, menjelaskan perilaku orang lain, mengajarkan keteramnpila sosial baru, menjelaskan rutinitas, aturan, situasi, konsep abstrak, mengembangkan pememahaman akan sebuah harapan, membantu mengajarkan keterampilan akademik baru. cerita sosial juga membantu anak -non autis memahami dunia autis, dan mengapa autis berperilaku terterntu.

Bagaimana cara menggunakan cerita sosial ? prosesnya dimulai dengan mengidentifikasikan kebutuhan penyandang austime. Proses Identifikasi dapat dilakukan melalui observasi dan metode asesmen lain

Cerita sosial yang dibuat haruslah ditulis dengan bahasa yang sesuai dengan tingkat pemahaman penyandang autism dan mencakup kalimat pernyataan mengenai  apa yang diharapkan untuk dilakukan Penyandang autism. Cerita sosial itu bisa ditampilkan dalam bentuk kalimat, gambar atau format newsletter.

Cerita sosial bisa ditulis dari perspektif orang pertama biasanya ini ditujukan untuk anak-anak yang lebih muda atau untuk anak yang memiliki  hambatan. Kata ganti yang digunakan adalah "aku" .Untuk anak-anak yang usianya lebih tua atau orang dewasa, cerita sosial ditampilkan dalam perspektif orang ketiga.

PANDUAN DALAM MENULIS CERITA SOSIAL

1.Nyatakan perilaku yang ingin dikenalkan secara positif, nyatakan Apa yang harus dilakukan

   daripada apa yang tidak harus dilakukan

2. Bahasa yang digunakan sebaiknya bersifat menggambarkan tidak bersifat instruksi

3. Buatlah cerita yang sesuai dengan minat individu atau kemampuan individu

4. Berhati-hatilah dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam cerita.

 

Tiga hal yang harus ada dalam cerita sosial :

1.      Pengenalan (nyatakan topik cerita dengan jelas)

2.      Badan cerita (Tambahkan detail, dengan memberikan penjelasan, ayau gambaran)

3.      Kesimpulan  (menyimpulkan cerita  dan merangkum informasi).

 

FORMAT PENULISAN CERITA SOSIAL.

 Pertama, adalah pernyataan deskriptif, isinya memberikan informasi tentang tempat ,kemudian memberikan informasi tentang aktivitas dan orang-orang. kalimat kalimat deskriptif itu menyampaikan fakta yang dapat diamati, kemudian mengidentifikasikan hal-hal yang relevan ,atau mengidentifikasikan hal-hal yang ada di situasi saat itu. Cerita bebas dari opini dan asumsi, kalimatnya logis dan akurat ,seringkali berisi jawaban atas pertanyaan mengapa, bagaimana.  

 

Kedua, pernyataan perspektif cerita sosial dengan format ini biasanya memberikan gambaran tentang kemungkinan reaksi dari orang lain,cerita ini merujuk atau mendeskripsikan keadaan orang lain, menggambarkan atau mendeskripsikan pengetahuan pikiran perasaan, keyakinan, pendapat, motivasi kondisi fisik ,kesehatan orang lain. contoh cerita sosial yang menggunakan format ini :” Kakakku biasanya suka nonton kartun”,  nah  kata “suka” di situ itu menggambarkan perasaan. contoh yang lain :” beberapa anak bekerja keras untuk menyelesaikan soal matematika sehingga mereka bisa punya waktu bermain computer”. Nah,itu contoh cerita sosial yang mengandung unsur motivasi.

 

Ketiga,  cerita sosial yang berbentuk kalimat kooperatif atau kalimat yang mengandung unsur kerjasama dalam cerita ini biasanya mengidentifikasi apa yang akan dilakukan orang lain, mengingatkan orang tua,  teman sebaya,  peran profesional dalam membantu individu, contohnya: “ Guru akan membantu saya mengerjakan tugas apabila Saya tidak paham”.

 

Keempat, cerita sosial ditulis dalam bentuk kalimat kalimat afirmasi. kalimat afirmasi disini adalah kalimat yang memberi penekanan pada kalimat sebelumnya jadi ini lebih sifatnya memperkuat pernyataan sebelumnya. Misalnya  ketika naik mobil kita mengatakan :” pasanglah sabuk pengaman, sabuk pengaman itu penting terpasang untuk menjaga keamanan saat mengemudi “. Afirmasi pada kalimat tersebut menekankan pentingnya menggunakan sabuk pengaman.

 

Kelima, cerita sosial yang ditampilkan dalam bentuk kalimat kalimat direktif. Yaitu kalimat-kalimat yang mengarahkan pada pilihan-pilihan tertentu misalnya mengatakan pada anak :”kamu dapat bermain di taman atau kau bermain di halaman rumah”

 

Keenam

Model cerita sosial yang ke-6 berisi kalimat-kalimat kontrol, biasanya kalimat ini ditulis bersama dengan penyandang autis. kalimat ini berisi atau mengandung penjelasan Apa yang harus dilakukan ketika seorang penyandang autis gagal mencapai tujuannya atau ketika kinerja nya terhambat  misalnya ketika seorang penyandang autis sedang membuat istana pasir istana dari pasir dan kemudian istananya rusak ( reaksi umum nya,adalah tantrum), Nah untuk mengontrol reaksi tersebut, terapis bisa menulis kalimat kontrol  bersama dengan penyandang autis : “kalau istana pasir yang saya buat rusak, teman saya dapat membantu membangun kembali istana pasir yang baru”. contoh yang lain:  “saya bisa menyimpan penerang lampu di samping tempat tidur saya, seandainya listrik mati”. Nah kalimat kedua pada masing masing contoh diatas, merupakan kontrol atas peristiwa dikalimat pertama.

Kalimat kontrol ini berfungsi untuk mengingatkan penyandang autis Apa yang harus dilakukan ketika sebuah kejadian atau ketika sebuah peristiwa terjadi diluar kehendaknya. Tujuannya adalah melatih penyandang autis untuk tidak mudah menjadi tantrum atau mengekspresikan emosi secara berlebihan ketika ada peristiwa yang tidak mereka inginkan.

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Biblioterapi Oleh: Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog Dirangkum dari :Treating child and adolescence aggression through Bibliother...