Kamis, 05 November 2020

 

MENGELOLA EMOSI

Oleh : Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog

 kita memahami bahwa setiap manusia pasti memiliki rentang emosi yang kemunculannya barangkali bervariasi di keseharian kita. Lazimnya pelaku orang dewasa mampu mengelola emosi yang dirasakan saat berada dalam situasi yang menyebabkan reaksi emosi itu muncul, namun pada penyandang autisme mereka memiliki toleransi yang lebih rendah dalam mengatasi situasi yang membuat mereka merasa tertekan, karena itu itu mereka perlu di ajarkan cara untuk mengelola emosi sehingga ketika mereka dihadapkan pada situasi yang membuat mereka tertekan, reaksi emosi yang muncul dapat dikendalikan.

Reaksi emosi pada penyandang autis dapat muncul karena beberapa permasalahan, MISALNYA :

1.       Karena masalah sensori

2.       Adanya perbedaan komunikasi maksudnya, terkadang penyandang autis tidak mampu mengungkapkan ide pikiran atau perasaan yang dia miliki sehingga pikiran pikiran mereka ditanggapi atau tidak ditanggapi oleh orang lain atau bisa juga mereka tidak mampu menangkap Informasi apa yang akan disampaikan orang terhadap diri mereka, nah situasi seperti ini dapat menimbulkan reaksi emosi yang negatif

3.        Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya jadi pada penyandang autis ketika mereka dihadapkan pada situasi dimana mereka tidak bisa memprediksi Apa yang akan terjadi, bisa jadi karena ini diluar rutinitas mereka

4.       Perubahan rutinitas, seperti yang kita ketahui penyandang autis biasanya sangat rinci dengan rutinitas mereka apabila ini diubah itu juga mampu memicu permasalahan emosi

5.       Penafsiran situasi yang mereka hadapi dari sudut pandang mereka ( memaknai sebuah situasi Itu dari kacamata mereka), dan mereka tidak menyukai hal itu

6.       Berikutnya adalah kecemasan tentang kegagalan nah ini juga bisa memicu reaksi emosi negative

7.       Kesulitan dalam mengetahui adanya aturan, memahami adanya aturan dan menerapkan aturan termasuk kesulitan memahami mengapa aturan tidak konsisten diterapkan misalnya ada variasi dalam penegakan aturan di kelas oleh guru misalnya ada teman yang diperbolehkan untuk melakukan satu hal kemudian dirinya tidak nah ini bagi mereka itu juga bisa memicu reaksi emosi negative.

Manusia memiliki 6 emosi dasar yaitu kebahagiaan, terkejut, sedih, kemarahan takut dan jijik manusia juga umumnya mengalami perasaan yang kompleks seperti rasa malu, bangga bersalah, iri, gembira ,percaya, minat, merasa terhina dan perasaan antisipatif.

Kemampuan memahami dan mengekspresikan emosi mulai berkembang sejak lahir. Pada usia 2 bulan kebanyakan bayi akan tertawa dan mampu menunjukkan tanda-tanda takut akan sesuatu

Di sepanjang masa anak-anak remaja mereka akan terus mengembangkan kemampuan berempati, pengaturan diri, keterampilan dalam mengenali dan mengerti perasaan orang lain dan ketika dewasa biasanya mereka dengan cepat mengenali ekspresi emosional yang tersirat yang ditampilkan orang lain.

Beberapa bentuk kesulitan emosi yang dialami penyandang Autism ?

1.       Penyandang autis  seringkali memiliki masalah dengan emosi, misalnya kesulitan untuk mengenali ekspresi wajah dan emosi yang dialami seseorang, meniru ekspresi orang lain dan menggunakan ekspresi wajah pada situasi yang tepat, memahami dan mengendalikan emosi mereka sendiri, memahami dan menafsirkan emosi yang tampak dari orang lain.

2.       Penyandang autism barangkali terlihat tidak merespon sesuatu secara atau merespon secara berlebihan misalnya mereka mungkin menjadi sangat marah dengan tiba-tiba.

3.       Dalam perkembangan berikutnya penyandang autis Om ini sering sekali terlihat seperti anak yang kurang memperhatikan perilaku emosi dan wajah orang lain mereka seperti tidak menunjukkan ketertarikan pada orang lain atau tertarik pada hal-hal yang sebenarnya menarik

4.       Penyandang autism juga sering sekali kesulitan untuk menggunakan emosi mereka dalam interaksi sosial mereka barangkali terlihat seperti anak yang kurang memperhatikan orang lain dan kurang mampu menghibur orang lain dengan berbagai emosi Mereka cenderung salah membaca situasi dan merespon dengan emosi yang tidak tepat misalnya seorang penyandang autis barangkali tidak mampu menghibur temannya yang sedang terjatuh atau mungkin mereka malah tertawa tanpa menyadari bahwa temannya itu mengalami luka karena terjatuh.

5.       Penyandang autis zam juga kesulitan untuk memahami emosi orang lain karena kemampuan mereka yang rendah dalam memahami ekspresi wajah orang lain ini ada kaitannya dengan kontak mata mereka yang belum bagus ketika mereka berinteraksi dengan orang lain Jadi mereka ketika melakukan pengamatan terhadap wajah orang lain itu berlangsung sebentar dan tidak fokus akibatnya mereka tidak mampu membaca ekspresi emosi orang lain uniknya mereka itu itu memiliki fokus yang lebih sedikit terhadap Mata lawan bicara tapi lebih memperhatikan pada mulut orang yang sedang diajak berbicara Artinya mereka kurang mampu membaca ekspresi wajah seseorang

 

 

Perkembangan Emosi Pada Penyandang Autism.

·       pada usia 12 bulan bayi yang biasanya sedang berkembang dapat membaca wajah kita untuk memahami apa yang kita rasakan sebagian besar balita dan anak-anak kecil mulai menggunakan kata untuk mengungkapkan perasaan meskipun terkadang mereka menunjukkan perilaku tantrum untuk mengekspresikan emosinya ketika luapan emosi yang mereka rasakan begitu besar.

·       Bayi yang kemudian di diagnosa sebagai penyandang autis dapat mengenali perasaan dengan cara yang mirip dengan bayi pada umumnya tetapi mereka lebih lamban dalam mengembangkan respon emosional daripada anak-anak lainnya

·       pada usia 5 sampai 7 tahun anak-anak ini dapat mengenali ekspresi emosi bahagia dan sedih tapi mereka memiliki kesulitan  kesulitan untuk mengenali ekspresi takut dan marah

·       Memasuki usia sekolah penyandang autis yang tidak terlalu parah, cenderung menunjukkan perasaan mereka dengan cara yang mirip yang biasanya ditunjukkan anak-anak non autism tapi mereka sulit untuk menggambarkan perasaan mereka, mereka mungkin mengatakan bahwa mereka tidak merasakan emosi tertentu, dan pada usia yang sama banyak penyandang autis yang lebih parah memiliki kemampuan ekspresi emosi yang lebih rendah dibandingkan anak-anak lainnya.

·       Beranjak memasuki masa remaja penyandang autis masih memiliki kesulitan untuk mengenali emosi takut marah terkejut dan rasa jijik seperti pada remaja lainnya ketika mereka tumbuh menjadi dewasa mereka terus kesulitan mengenali beberapa ekspresi emosi.

 

 

 

 

 

 

Referensi :https://raisingchildren.net.au/autism/development/social-emotional-development/emotional-development-asd

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Biblioterapi Oleh: Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog Dirangkum dari :Treating child and adolescence aggression through Bibliother...