MENGELOLA EMOSI
Oleh : Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog
kita memahami bahwa setiap manusia pasti
memiliki rentang emosi yang kemunculannya barangkali bervariasi di keseharian
kita. Lazimnya pelaku orang dewasa mampu mengelola emosi yang dirasakan saat
berada dalam situasi yang menyebabkan reaksi emosi itu muncul, namun pada
penyandang autisme mereka memiliki toleransi yang lebih rendah dalam mengatasi
situasi yang membuat mereka merasa tertekan, karena itu itu mereka perlu di
ajarkan cara untuk mengelola emosi sehingga ketika mereka dihadapkan pada
situasi yang membuat mereka tertekan, reaksi emosi yang muncul dapat
dikendalikan.
Reaksi emosi
pada penyandang autis dapat muncul karena beberapa permasalahan, MISALNYA :
1.
Karena masalah sensori
2.
Adanya perbedaan komunikasi maksudnya, terkadang
penyandang autis tidak mampu mengungkapkan ide pikiran atau perasaan yang dia
miliki sehingga pikiran pikiran mereka ditanggapi atau tidak ditanggapi oleh
orang lain atau bisa juga mereka tidak mampu menangkap Informasi apa yang akan
disampaikan orang terhadap diri mereka, nah situasi seperti ini dapat
menimbulkan reaksi emosi yang negatif
3.
Ketidakpastian
tentang apa yang akan terjadi selanjutnya jadi pada penyandang autis ketika mereka
dihadapkan pada situasi dimana mereka tidak bisa memprediksi Apa yang akan
terjadi, bisa jadi karena ini diluar rutinitas mereka
4.
Perubahan rutinitas, seperti yang kita ketahui
penyandang autis biasanya sangat rinci dengan rutinitas mereka apabila ini
diubah itu juga mampu memicu permasalahan emosi
5.
Penafsiran situasi yang mereka hadapi dari sudut
pandang mereka ( memaknai sebuah situasi Itu dari kacamata mereka), dan mereka
tidak menyukai hal itu
6.
Berikutnya adalah kecemasan tentang kegagalan
nah ini juga bisa memicu reaksi emosi negative
7.
Kesulitan dalam mengetahui adanya aturan, memahami
adanya aturan dan menerapkan aturan termasuk kesulitan memahami mengapa aturan
tidak konsisten diterapkan misalnya ada variasi dalam penegakan aturan di kelas
oleh guru misalnya ada teman yang diperbolehkan untuk melakukan satu hal
kemudian dirinya tidak nah ini bagi mereka itu juga bisa memicu reaksi emosi negative.
Manusia memiliki 6 emosi dasar
yaitu kebahagiaan, terkejut, sedih, kemarahan takut dan jijik manusia juga
umumnya mengalami perasaan yang kompleks seperti rasa malu, bangga bersalah,
iri, gembira ,percaya, minat, merasa terhina dan perasaan antisipatif.
Kemampuan
memahami dan mengekspresikan emosi mulai berkembang sejak lahir. Pada usia 2
bulan kebanyakan bayi akan tertawa dan mampu menunjukkan tanda-tanda takut akan
sesuatu
Di sepanjang
masa anak-anak remaja mereka akan terus mengembangkan kemampuan berempati,
pengaturan diri, keterampilan dalam mengenali dan mengerti perasaan orang lain
dan ketika dewasa biasanya mereka dengan cepat mengenali ekspresi emosional yang
tersirat yang ditampilkan orang lain.
Beberapa bentuk
kesulitan emosi yang dialami penyandang Autism ?
1.
Penyandang autis seringkali memiliki
masalah dengan emosi, misalnya kesulitan untuk mengenali ekspresi wajah dan
emosi yang dialami seseorang, meniru ekspresi orang lain dan menggunakan
ekspresi wajah pada situasi yang tepat, memahami dan mengendalikan emosi mereka
sendiri, memahami dan menafsirkan emosi yang tampak dari orang lain.
2.
Penyandang autism barangkali terlihat tidak
merespon sesuatu secara atau merespon secara berlebihan misalnya mereka mungkin
menjadi sangat marah dengan tiba-tiba.
3.
Dalam perkembangan berikutnya penyandang autis
Om ini sering sekali terlihat seperti anak yang kurang memperhatikan perilaku
emosi dan wajah orang lain mereka seperti tidak menunjukkan ketertarikan pada
orang lain atau tertarik pada hal-hal yang sebenarnya menarik
4.
Penyandang autism juga sering sekali kesulitan
untuk menggunakan emosi mereka dalam interaksi sosial mereka barangkali
terlihat seperti anak yang kurang memperhatikan orang lain dan kurang mampu
menghibur orang lain dengan berbagai emosi Mereka cenderung salah membaca
situasi dan merespon dengan emosi yang tidak tepat misalnya seorang penyandang
autis barangkali tidak mampu menghibur temannya yang sedang terjatuh atau mungkin
mereka malah tertawa tanpa menyadari bahwa temannya itu mengalami luka karena
terjatuh.
5.
Penyandang autis zam juga kesulitan untuk
memahami emosi orang lain karena kemampuan mereka yang rendah dalam memahami
ekspresi wajah orang lain ini ada kaitannya dengan kontak mata mereka yang
belum bagus ketika mereka berinteraksi dengan orang lain Jadi mereka ketika
melakukan pengamatan terhadap wajah orang lain itu berlangsung sebentar dan
tidak fokus akibatnya mereka tidak mampu membaca ekspresi emosi orang lain
uniknya mereka itu itu memiliki fokus yang lebih sedikit terhadap Mata lawan
bicara tapi lebih memperhatikan pada mulut orang yang sedang diajak berbicara
Artinya mereka kurang mampu membaca ekspresi wajah seseorang
Perkembangan
Emosi Pada Penyandang Autism.
·
pada usia 12 bulan bayi yang biasanya sedang
berkembang dapat membaca wajah kita untuk memahami apa yang kita rasakan
sebagian besar balita dan anak-anak kecil mulai menggunakan kata untuk
mengungkapkan perasaan meskipun terkadang mereka menunjukkan perilaku tantrum
untuk mengekspresikan emosinya ketika luapan emosi yang mereka rasakan begitu
besar.
·
Bayi yang kemudian di diagnosa sebagai
penyandang autis dapat mengenali perasaan dengan cara yang mirip dengan bayi
pada umumnya tetapi mereka lebih lamban dalam mengembangkan respon emosional
daripada anak-anak lainnya
·
pada usia 5 sampai 7 tahun anak-anak ini dapat
mengenali ekspresi emosi bahagia dan sedih tapi mereka memiliki kesulitan
kesulitan untuk mengenali ekspresi takut dan marah
·
Memasuki usia sekolah penyandang autis yang
tidak terlalu parah, cenderung menunjukkan perasaan mereka dengan cara yang
mirip yang biasanya ditunjukkan anak-anak non autism tapi mereka sulit untuk
menggambarkan perasaan mereka, mereka mungkin mengatakan bahwa mereka tidak
merasakan emosi tertentu, dan pada usia yang sama banyak penyandang autis yang
lebih parah memiliki kemampuan ekspresi emosi yang lebih rendah dibandingkan
anak-anak lainnya.
·
Beranjak memasuki masa remaja penyandang autis
masih memiliki kesulitan untuk mengenali emosi takut marah terkejut dan rasa
jijik seperti pada remaja lainnya ketika mereka tumbuh menjadi dewasa mereka
terus kesulitan mengenali beberapa ekspresi emosi.
Referensi :https://raisingchildren.net.au/autism/development/social-emotional-development/emotional-development-asd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar